Selasa, 01 Desember 2015

MENSIFATI KITAB SUCI AL-QUR'AN BAGI KAUM YANG BERAKAL











A. KEUTAMAAN KITAB AL-QUR'AN


Bismillahirahmannirahim, Assalamu'alaikum Warrahmatullahi-Wabbarrakattuh.

 Alhamdulillah, dengan memanjatkan Puja dan Puji Syukur atas kehadirat Allah swt dan atas junjungan besar kita Nabi Muhammad saw, Sahabat, Kerabat dan Keluarga beliau, Kami sampaikan dan menyambut baik Kaum Mukmin maupun Kaum sebangsa tanah air. Disini Kami Keluarga Syattariyah (Majelis Nurul Quddus), untuk menyapaikan Risalah Al-Kitab (Al-Qur'an) dengan memaknai arti kandungan dan terjemahannya. Yang utama ialah meyebarluaskan Al-Qur'an dikalangan Kaum Islam, ialah merupakan suatu sasaran dan landasan upaya Kami untuk mengembangkan kehidupan beragama yang perlu dijunjung terus dan ditingkatkan mutunya dalam usaha bersama-sama. Dengan meningkatkan kualitas Umat Islam yang sedang membangun mutu keimanan. Membangun keimanan kita, dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi Jiwa dan Hati seseorang hamba, sebagai mitra kehidupan Mukmin. Seluruh Umat telah memenuhi keperluan bersama untuk membangun keimanan, serta pembangunan Akhlak yang seimbang dan selaras antara Islam dan Iman yang berlandaskan dengan Tauhid dan Ma'rifat kepada Allah swt.

Dan kitapun menyadari, bahwa membaca Al-Qur'an adalah suatu pokok ibadah utama dalam berSyari'at dengan kehidupan keluarga Muslim. Untuk meningkatkan pemahaman Al-Qur'an dan dapat memaknai kandungannya dengan bahasa sendiri (indonesia). Kami menyambut baik Niat dan Taubat Kaum Mukmin terhadap Allah swt dan Rasul-Nya, dan terus berkembang dalam bidang Qalammullah sebagai salah satu pedoman kehidupan dan pedoman keberhasilan didunia maupun diakhirat kelak. Dan harus perlu kita tahu pula, bahwa Al-Qur'an adalah suatu yang memenuhi dasar-dasar agama yang membatu dalam beriman dan islam. Manfaat yang dirasakan dari Al-Qur'an ini, sangatlah berguna bagi sebagian besar Umat Islam sedunia yang ingin sekali membaca dan memaknai kandungan Al-Qur'an, yang pada dasarnya ialah tingkatan Awal dan Pemula dalam sistem yang dikenal dengan istilah Rumy (rumi) yang cukup berperan dan memabntu kesadaran dalam diri kita. Namun, dikarenakan adanya perbedaan yang mendasar, antara bunyi Huruf Arab dan Huruf Latin, maka kita harus tetap memerlukan seorang Mursyid atau Guru yang Fasih dan Salik serta Salaf yang mahir dalam membaca dan memaknai Al-Qur'an untuk mentashihkan dan kesempurnaan yang cukup Lugas dan Tangkas dalam Ilmu Taj'wid dan kebathinan.

Kepada Umat Mukmin se-Indonesia, maka sekira kita tak lupa menghanturkan Dzikir dan Istighfar untuk membangkitan keragu-raguan dalam Hati sanubari yang akan adanya kebesaran Allah swt dalam Qolbi. Dalam rangka 'Ijma Kaum Mukmin, kami sebagai penyampai Risalah Al-Kitabullah, maka terjemahan Risalah ini bisa menjadi modal utama kita semua dalam beribadah dan amal yang baik kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan semoga pula kita dapat memenuhi harapan dan impian kita untuk lebih memudahkan para Salik dan Salaf untuk memaknai Al-Qur'an meskipun pada dasarnya ialah tingkatan Syri'at yang dimulai Al-Fatihah, agar kita menjadi orang-orang beruntung didunia dan diakhirat kelak. Amin, Amin Ya Robba'alamin.


Pertama: Membaca Al-Fatihah Adalah Rukun Sholat 


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu)
Dalam sabda yang lain beliau mengatakan yang artinya, “Barangsiapa yang sholat tidak membaca Ummul Qur’an (surat Al Fatihah) maka sholatnya pincang (khidaaj).” (HR. Muslim)
Makna dari khidaaj adalah kurang, sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut, “Tidak lengkap”. Berdasarkan hadits ini dan hadits sebelumnya para imam seperti imam Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan para sahabatnya, serta mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum membaca Al Fatihah di dalam sholat adalah wajib, tidak sah sholat tanpanya.

Kedua: Al Fatihah Adalah Surat Paling Agung Dalam Al Quran

Dari Abu Sa’id Rafi’ Ibnul Mu’alla radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Maukah kamu aku ajari sebuah surat paling agung dalam Al Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti?” Maka beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar maka aku pun berkata; Wahai Rasulullah, Anda tadi telah bersabda, “Aku akan mengajarimu sebuah surat paling agung dalam Al Quran?” Maka beliau bersabda, “(surat itu adalah) Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin (surat Al Fatihah), itulah As Sab’ul Matsaani (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam shalat) serta Al Quran Al ‘Azhim yang dikaruniakan kepadaku.” (HR. Bukhari)



Sesungguhnya hal yang paling berhak diperhatikan ilmunya dan dicapai puncak ma'rifatnya, adalah ilmu yang diridhoi Allah dan yang menunjukkan jalan yang benar kepada pemiliknya. Yang itu semua terdapat dalam Kitabullah, yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Turun dari-Nya tanpa kebimbangan di dalamnya. Setiap pembacanya akan menemukan gudang yang berlimpah dan pahala yang agung. Tidak ada kebatilan di hadapan dan di belakangnya. Diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji. Dialah Al-Qur'an yang merupakan tali Allah yang kokoh, peringatan yang penuh hikmah, halan yang lurus, tidak diselewengkan oleh hawa nafsu, tidak tercampur lisan- lisan manusia, tak usang walau diulang-ulang, tidak habis keajaibannya, tidak puas- puasnya para ulama mengambil kandungannya. Barangsiapa yang berucap dengannya akan benar, barangsiapa yang mengamalkannya dijanjikan dengan pahala, barangsiapa yang berhukum dengannya akan adil, barangsiapa yang menyeru kepadanya akan ditunjukkan oleh Allah ke jalan yang lurus, barangisapa yang meninggalkannya karena kesombongan akan dibinasakan oleh Allah dan barangsiapa yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan oleh Allah. 


Allah ber firman:
"Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang amat sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, "Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat?". Allah ber rnan, "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini, kamupun dilupakan." (QS. Thoha ayat 123-126).


"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, ia adalah yang terputus (dari rahmat Allah)".
(QS. Al Kautsar ayat 1-3)


Surat Al Kautsar merupakan surat yang terpendek dalam Al Qur`an. Isinya mengandung ungkapan-ungkapan yang indah lagi mengagumkan, membuat yang membacanya berdecak kagum. Makna-makna kalimatnya yang kuat dan istimewa menunjukkan menjadi bagian mukjizat Ilahi. Betapa agung surat ini dan betapa melimpah pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dalam bentuknya yang ringkas. Sebenarnya, makna surat ini dapat diketahui melalui ayat penutupnya. Allah telah menghalangi kebaikan dari orang-orang yang membenci RasulNya. Ia terhalangi untuk mengingatNya, hartanya dan keluarganya, sehingga pada gilirannya, di akhirat ia akan merugi akibat dari semua perbuatan yang tidak terpuji terseut. Kehidupannya pun tanpa nilai, tidak mendatangkan manfaat. Ia tidak membekali diri dengan amalan shalih saat hidup di dunia, sebagai bekal di hari akhiratnya. Hatinya akan terhalangi dari kebaikan, sehingga dia tidak mengenali kebaikan, apalagi mencintainya. Begitu juga ia terhalang dari beriman kepada RasulNya. Amalan-amalannya akan terhalangi dari ketaatan. Tidak ada satupun yang menjadi penolong baginya. Dia tidak akan memberikan apresiasi terhadap ajaran Rasulullah, bahkan ia menolaknya untuk memuaskan hawa nafsunya atau pengikutnya, gurunya, pemimpinnya dan lain-lain.

Oleh karena itu, berhati-hatilah, jangan membenci sesuatu yang datang dari Rasulullah atau menolaknya untuk memuaskan hawa nafsumu, atau membela mazhabmu, atau disibukkan dengan syahwat-syahwat atau urusan dunia. Sesungguhnya Allah l tidak mewajibkan untuk taat kepada seseorang, kecuali taat kepada RasulNya, dan mengambil apa-apa yang datang darinya. Jika seluruh makhluk menyelisihi seorang hamba sementara ia taat kepada Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak akan menanyainya tentang itu. Maka barangsiapa yang taat atau ditaati, sesungguhnya hal itu terjadi hanya dengan mengikuti Rasul. Seandainya diperintahkan dengan sesuatu yang menyelisihi Rasul, maka tidak perlu ditaati. Pahamilah hal itu, dan dengarkanlah. Taatilah dan ikutilah, jangan berbuat bid`ah, niscaya amalanmu tidak akan terputus dan tertolak. Tidak ada kebaikan bagi amalan yang jauh dari Sunnah Rasul, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang mengamalkannya. Wallahu a'lam.


Allah berfirman: "Orang-orang yang telah Kami berikan Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi".(QS. Al-Baqarah ayat 121)

Ayat ini mengandung hal-hal sebagai berikut:

1.Sifat Sahabat-sahabat Nabi dalam mengikuti Alquran dan mengamalkannya.
Abdullah bin Abbas berkata: "Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya." Ia berkata, "Maksudnya adalah mengikuti Alquran dengan yang sebenar-benarnya, menghalalkan apa yang telah dihalalkan, dan mengharamkan apa yang telah diharamkan serta tidak menyelewengkannya dari tempat-tempatnya."
Qatadah berkata: "Mereka itulah sahabat-sahabat Muhammad saw. yang telah beriman kepada kitab Allah dan membenarkannya, menghalalkan yang telah dihalalkan dan mengharamkan yang telah diharamkan, serta mengamalkan apa yang ada di dalamnya."
2. Alquran diturunkan untuk direnungkan dan diamalkan.
Allah berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."  (QS. Ali Imran ayat 31)  
Ayat ini mencakup beberapa hal penting:

1. Allah menghukumi atas orang yang mengaku mencintai Allah, namun bukan dengan cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka dia adalah seorang pendusta dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya dalam semua perkataan, perbuatan, dan keadaannya. 

2. Dengan mengikuti Nabi saw., maka dia akan mendapatkan cinta Allah kepadanya, yang mana hal itu lebih agung daripada cintanya kepada Allah.
  • Sebagian orang bijak yang alim berkata: Hal yang terpenting bukanlah kamu mencintai, namun yang terpenting adalah kamu dicintai.
  • Hasan Basri dan ulama Salaf lainnya mengatakan: Suatu kaum mengira bahwa mereka mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu'" (QS. Ali Imran ayat 31)
3. Dengan mengikuti Rasulullah saw., maka dosa-dosa akan terampuni. Allah telah menyifati 
diri-Nya dengan sifat pengampun dan pengasih.

Tafsir Al-Qur'an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya, dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Al-Qur'an dan isinya, Ilmu untuk memahami Al-Qur'an ini disebut dengan Ushul Tafsir atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur'an, terdapat dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsîr bi al- ma’tsûr dan at-tafsîr bi- ar-ra’yi, dengan empat metode, yaitu ijmâli, tahlîli, muqârin dan maudhû’i. Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat, tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan. Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Usaha menafsirkan Al-Qur’an sudah dimulai semenjak zaman para sahabat Nabi sendiri. ‘Ali ibn Abi Thâlib (w. 40 H), ‘Abdullah ibn ‘Abbâs (w. 68 H), ‘Abdullah Ibn Mas’ûd (w. 32 H) dan Ubay ibn Ka’ab (w. 32 H) adalah di antara para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.

     Tafsir Al-Qur'anul ‘Azhim atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir, merupakan salah satu kitab tafsir yang paling populer di kalangan umat Islam. Kitab Tafsir ini ditulis oleh Imam Al-Hafiz Ibnu Katsir (wafat 774H ). Di samping dikenal sebagai ulama terkemuka di bidang tafsir, Ibnu Katsir juga dikenal sebagai imam di bidang hadis, hingga bergelar "Al-Hafiz". Ia juga sangat menguasai bidang sejarah dan fikih. Banyak ulama yang memuji keluasan dan kedalaman ilmunya, baik di masa Imam Ibnu Katsir maupun sesudahnya. Hal ini karena Ibnu Katsir menguasai berbagai disiplin ilmu agama. Dan karyanya dalam bidang tafsir, termasuk yang paling unggul. Satu hal yang menjadi lebih istimewa, kitab tafsir karya Ibnu Katsir ini termasuk dalam kelompok Tafsir bil Ma’tsur. Yakni, karya tafsir yang mengedepankan berbagai hadis Nabi SAW dan riwayat-riwayat lainnya sebagai basis penafsiran ayat Alquran. Berbeda dengan Tafsir bir Ra’yi, yang lebih mengedepankan logika dan pendapat dalam menafsirkan suatu ayat. Karenanya, menurut banyak pihak, Tafsir bil Ma’tsur lebih unggul, sebab sumber penafsirannya bersumber dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Rasul SAW adalah orang yang paling mengerti tentang Alquran. Sebab Alquran diturunkan kepada Rasul SAW dan wajib disampaikan kepada umatnya. Sementara para sahabatnya adalah orang-orang yang paling memahami kandungan Alquran, karena mereka menimbanya dari Rasul SAW. Inilah yang menjadi kekuatan dan kelebihan tafsir karya Imam Ibnu Katsir.

      Atas berbagai pendapat yang dikemukakan, diberikan tarjih atas masalah tersebut. Terkadang Ibnu Katsir mengomentari kualitas hadis dan periwayatnya. Ini semua karena latar belakang pengetahuannya yang sangat mendalam dalam ilmu hadis. Ibnu Katsir lebih banyak memilih pendapat yang dipandang paling kuat dari segi hukum. Imam Suyuthi dan Az-Zarqani memuji Tafsir Ibnu Katsir ini. “Belum pernah ada (kitab tafsir) yang ditulis dengan gaya semacam itu,” jelas Suyuthi dan Az-Zarqani. Begitu kuatnya pesona kitab tafsir ini, hingga mengundang minat dan kepedulian para ulama dan akademisi, untuk terus menelitinya kembali. Tidak heran, jika sampai saat ini banyak sekali versi tafsir Ibnu Katsir. Mulai dari versi aslinya, versi tahqiq dan takhrij (yang diteliti kembali naskah dan derajat hadis yang digunakan, serta diberi catatan kaki oleh penelitinya). Selain itu, ada juga versi mukhtashar (ringkasan), versi tahdzib (dirapikan kembali susunannya), hingga versi shahih (yang telah dibersihkan dari berbagai riwayat dhaif (lemah). Di Indonesia, sedikitnya terdapat empat versi yang telah diterbitkan. Dan Shahih Tafsir Ibnu Katsir yang terdiri sembilan jilid oleh Pustaka Ibnu Katsir ini merupakan yang paling baru. Tafsir ini juga dilengkapi dengan index secara terpisah, untuk memudahkan melacak tema-tema yang diinginkan. Disebut dengan Shahih Tafsir Ibnu Katsir, karena hanya diambil hadis-hadis yang benar-benar sahih dan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Karena itu, kitab Tafsir Shahih ini sangat layak dijadikan referensi setiap Muslim dalam memahami kandungan isi Alquran.


B. AL-QUR’AN  SEBAGAI  PEDOMAN  HIDUP  UMAT  MANUSIA

  Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
Malikat Jibril secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir dan diturunkan sebagai penutup dari semua kitab-kitab yang sebelumnya. Kitab suci al-qur’an   isinya mencakup seluruh inti wahyu yang telah diturunkan kepada para nabi dan rasul sebelumnya. Al-Qur’an adalah mukjizat nabi Muhammad SAW yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat lainnya.  Al-Qur’an merupakan pedoman sekaligus menjadi dasar hukum bagi manusia dalam
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, para rasul datang untuk menyampaikan ajaran Tuhan kepada umatnya. Sebagai manusia para rasul tersebut pasti menemui ajalnya, meninggal dunia. Sepeninggal rasul, kehidupan umat manusia pasti akan kacau tanpa pegangan atau pedoman. Dengan diturunkannya kitab suci, maka umat manusia memiliki pedoman hidup walaupun nabi atau rasul telah tiada. Kepentingan diturunkannya kitab suci, dalam hal ini Al-Qur’an, yaitu : Agar manusia mengenal dan beriman kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Manusia cenderung mengakui adanya suatu kekuatan atau kekuasaan di luar dirinya. Manusia dengan caranya masing-masing mencari zat yang Maha Kuasa. Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa dengan hanya menggunakan akalnya manusia sering keliru mengenal Tuhannya. Untuk membantu manusia mengenal Tuhannya dengan benar, perlu adanya tuntunan dari Allah SWT. berupa wahyu yang diturunkan melalui para rasul. Dengan adanya wahyu, manusia dengan mudah dapat mengenal Tuhan yang sesungguhnya, Tuhan yang Maha Pencipta.  
     Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dan umat Islam khususnya. Tanpa  pegangan  atau pedoman, manusia akan  kehilangan  arah. Kehidupan  manusia  penuh dengan berbagai  persoalan, dari persoalan yang paling ringan sampai yang paling berat. Pada zaman nabi semua persoalan dapat diselesaikan langsung oleh nabi. Jika ada persoalan yang rumit yang nabi sendiri mengalami kesulitan, maka  Allah memberi petunjuk melalui wahyu. Setelah Rasulullah tiada, manusia perlu pedoman  agar  kehidupan  mereka  tidak  kacau -balau. Wahyu-wahyu Allah yang dihimpun dalam sebuah kitab yang bernama Al-Qur’an itu menjadi pedoman yang lengkap bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan alam lingkungannya.


C. GOLONGAN MUKMIN dan MUNAFIK MENERIMA AL-QUR'AN

     Telah dipahami, bahwa tujuan ayat-ayat ini (al-qur'an), untuk membantah ejekan-ejekan terhadap Nabi Muhammad saw dari pihak musuh-musuh beliau, hal itu merupakan suatu penghinaan atau merendahkan martabat ke-Nabi-an. Keduanya untuk membantah pendapat mereka, bahwa seorang Rasul itu dapat melakukan Mu'jizat yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, bilamana diperlukan bukan untuk dijadikan permainan. bagi tiap-tiap Rasul itu ada Kitabnya yang sesuai dengan keadaan masanya. 

Firman Allah swt :

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu, dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mu'jizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)". (QS. Ar-Ra'd ayat 38)

Didalam keistimewaan berbahasa arab, yang amat luas sehingga dapat mencapai Tiga Ribu bentuk perubahan, yang demikian tidak terdapat dalam bahasa lain. Keistimewaan-keistimewaan itu ada Tiga faktor utamanya ialah :

1. Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang, bahasa arab itu merupakan bahasa yang hidup.
2. Bahasa arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ke-Tuhan-an dan keakhiratan.
3. Bentuk-bentuk kata dalam bahasa arab itu mempunyai tafsiran dan kunjugasi.

Dan demikianlah dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah swt, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah itu sebagai peraturan yang benar dalam beriman. Dan seadainya saja seseorang yang mengikuti hawa nafsunya, maka mereka telah Murtaddin kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah swt, melalui kitab-kitab yang diwahyukan oleh para Nabi dan Rasul-Nya, dan meskipun ada dari segolongan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu sangat membencinya, yang tidak mau percaya kepada Nabi dan Rasul. Dan sebagian ada juga dari golongan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu, yang telah memeluk dan masuk agama islam, seperti perumapaan Abdullah bin Salam yang telah mengakui agama islam yang paling benar sebagai agama yang diwahyukan oleh Allah swt. Al-Qur'an merupakan sabda Firman Allah swt yang disandarkan kepada Hamba-hambanya yang Mu'min, atau Al-Qur'an merupakan Firman Allah swt yang diberitakan atau dititipkan kepada para Nabi-Nabi dan para Rasul-Rasul baik ia melalui Malaikat Jibril as, dan ada juga sebagian melalui Ilham (laduni) secara langsung yang diberikan oleh Allah kepada Walinya (Nabi dan Rasul).
Al-Qur'an dan As-Sunnah secara garis besarnya ialah vertikal dan horizontal (redaksional), yang meliputi Akidah dan Akhlak dalam beragama Islam yang diridhoi oleh Allah swt. Dari sinilah kita bisa mensifati keadaan-keadaan yang membuat kita menjadi seorang Mu'min yang Salik dan Salaf yang beramal soleh, baik ia dalam beragama maupun Istiqomah. Apabila seorang hamba yang melakukan kebaikan  amalan soleh, maka Allah akan mencatat satu kebaikan atas dirinya, dan jika seorang yang Ingkar terhadap Al-Qur'an, Allah akan memberi Azab kepada orang yang Ingkar. Ingatlah wahai kaum Mu'min, bahwa iman itu bagaikan pohon yang rimbun yang memberi perlindungan dari teriknya matahari, begitulah Allah melindungi hambanya dari kesesatan, karena Allah swt lah yang dapat memberi taufik dan rahmatnya kepada setiap hambanya yang ma'ruf untuk beriman. 

Kaum muslimin seluruhnya bersepakat tentang wajibnya menghormati firman Allah dan memeliharanya dari segala cacat dan cela. Al-Qur'an adalah Kalamullah, dan Al-qur'an merupakan salah satu sifat Allah. Allah tetap bisa berbicara kapanpun Dia kehendaki. Demikianlah yang diindikasikan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ucapan para Imam Islam.
Menghina Kalamullah dan Kitab-Nya, atau segala ucapan yang menjatuhkan kehormatan dan keagungannya adalah perbuatan kufur yang nyata, tak seorangpun yang mengingkari hal itu. 

Firman Allah swt :
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:"Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.." (QS. At-Taubah ayat 65-66)

Ayat ini merupakan dalil tegas tentang kafirnya orang yang memperolok-olok Allah, ayat-ayat dan Rasul-Nya; baik ia menganggap halal perbuatan itu atau tidak. Sekedar mengolok-olok hal tersebut di atas sudah merupakan perbuatan murtad dari Islam berdasarkan ijma' kaum muslimin, meskipun tidak bermaksud memperolok-olok sungguhan, hanya bercanda atau bermain-main saja.

Al-Qur’an dan Hadits adalah dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim.
Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari ALLAH SWT.
Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja. Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada Sepuluh karakter dan sifat atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim, antara lain ialah : 1. Salimul Aqidah - (Aqidah yang bersih)
2. Shahihul Ibadah - (ibadah yang benar)
3. Matinul Khuluq - (akhlak yang kokoh) 
4. Qowiyyul Jismi - (kekuatan jasmani)
5. Mutsaqqoful Fikri - (intelek dalam berfikir) 
6. Mujahadatul Linafsihi - (berjuang melawan hawa nafsu)
7. Harishun Ala Waqtihi - (pandai menjaga waktu)
8. Munazhzhamun fi Syuunihi - (teratur dalam suatu urusan)
9. Qodirun Alal Kasbi - (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri) 
10. Nafi’un Lighoirihi - (bermanfaat bagi orang lain)
     

      Inilah di antara sifat Mukmin sejati. Dalam diri mereka berpadu antara akidah yang benar, keyakinan yang sempurna dan keinginan kuat untuk senantiasa bertaubat. Ini semua melahirkan sikap patuh untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Semua sifat ini merupakan sifat Mukmin sejati yang akan terhindar dari siksa Allâh Azza wa Jalla , yang berhak mendapatkan pahala serta berhak meraih semua kebaikan yang merupakan buah dari keimanan. Setelah mengetahui sifat-sifat ini, bagi seorang Mukmin mengintrospeksi dan melihat dirinya, sudahkah dia memiliki sifat ini? Jika sudah, sudahkah sifat-sifat terpuji ini sempurna ataukah masih banyak kekurangannya? Introspeksi seperti ini sangat urgens untuk memacu semangat memperbaiki diri. Kalau sebatas mengetahui sifat-sifat terpuji yang merupakan kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat ini tanpa ada tindak-lanjut dengan menilai diri, maka alangkah ruginya. Sebab, dengan menilai diri, dia akan mengetahui kekurangan-kekurangannya sehingga terpacu untuk menyempurnakannya dengan bertaubat dan istighfar. Inilah yang menyebabkan proses introspeksi ini menjadi penting. Karena semua yang dijanjikan untuk kaum Mukminin itu akan bisa diraih hanya dengan iman yang sempurna. 

Allâh Azza wa Jalla telah menetapkan lebih dari seratus kebaikan yang bisa diraih dengan iman. Nilai satu kebaikan melebihi nilai dunia dan seisinya. Diantara kebaikan yang bisa diraih dengan keimanan yaitu ridho Allâh Azza wa Jalla yang merupakan karunia tertinggi. Iman juga bisa menyebabkan seseorang masuk surga, selamat dari siksa neraka, terhindar dari siksa kubur, terhindar dari berbagai kesulitan pada hari Kiamat, gembira di dunia dan akhirat, teguh dalam keimanan di dunia dan istiqomah dalam ketaatan dan ketika meninggal dan dikubur tetap diatas Islam, Iman, Tauhid, Syari'at, Hakekat serta Ma'rifattulah, dan bisa menjawab dengan benar.

Saudaraku, sebagai seorang muslim tentunya berpegang teguh dengan dalil dan aturan yang telah ditetapkan untuk kita, kita tentunya menjadikan Al-Qur'an sebagai kitab pedoman hidup yang didukung dengan hadist dari Rasulullah saw. Tahukah kita, jika kebencian dan dendam merupakan sifat yang tiada terpuji yang pasti tak akan pernah mendapat ridho Allah. Dan paling bahayanya sifat ini dapat menghabiskan semua amalan baik dan menuntun kita ke neraka. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya, Amin.
Yang dimaksud dengan orang Mukmin itu ialah Tawakkal dan Sabar serta saling melindungi diantara Satu dengan yang lainnya, yang terjalin persudaraan yang amat teguh untuk membentuk Islam yang Ma'ruf (baik). Demikianlah keteguhan dan keakraban yang terjalin persaudaraan diantara mereka itu, sehingga pada permulaan Islam, mereka tolong-menolong seakan-akan mereka saudara-sekandung. Inilah seruan Allah yang terdapat dari Al-Qur'an dalam mejalin tali persaudaraan yang teguh antara kaum Muslimin, dan yang menjadi dasar tolong-menolong dalam Islam ialah, hubungan Silahturahim bukanlah hanya sekedar hubungan persaudaraan Agama saja. Yang sebagaimana yang telah terjadi antara Kaum Syi'ah dan Sunni pada permulaan Islam, akan tetapi pada saat ini mereka telah saling Hujat-menghujat, Fitnah-memfitnah, Tuding-menuding dan Salah-meyalahi, yang berakhir dengan Maut (membunuh serta terbunuh). Sebagaimana Firman Allah Ta'ala bersabda : 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang mujahirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atas-mu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepada-mu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian (bai'at) antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagaian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan dimuka bumi dan kerusakan yang besar".  
(QS. Al-Anfal ayat 72-73)
=========================================================================


Berkaitan dengan Firman Allah diatas, maka Nabi Muhammad saw bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra ia berkata :

"Sesungguhnya Allah berfirman : 'Barangsiapa yang memusuhi Wali-Ku, maka sungguh aku mengumumkan peperangan dengannya, Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai, selain dari pada dengan yang Aku Fardhukan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan Nawafil hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Akulah pendengarannya, dimana dia mendengar dengannya, penglihatannya yang dengannya melihat, yang tangannya yang dia berbuat, dan Aku, kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku memberikan apa yang dia minta, dan jika dia memohon perlindungan kepada-Ku, tentu Aku akan memberikan perlindungan kepadanya"   (HR. Bukhari dan Muslim)
========================================================================


Berkaitan dengan Firman Allah swt dan Sabda Rasulallah saw diatas, Para Imam dan Wali memetik dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan terjemahan dan Hakekatnya, antara lain ialah :

"Tidaklah sempurna keimanan dan keislaman seseorang jika ia enggan berbuat baik dan menjalin persaudaran sesama Muslim, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta Ta'at kepada Al-Kitab, maka hendaklah ia menghormati dan berkata baik dan arif".  (Hakekat Sufi & Tasawuf Dalam Kitab Sabitul-Qulub)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar