Selasa, 01 Desember 2015

HAKEKAT AWALLUDIN MA'RIFATULLAH









A. Dasar Agama Mengenal Allah

      Ma’rifatullah berasal dari kata Ma’rifat dan Allah, Ma’rifat artinya mengetahui atau mengenal, jadi Ma’rifatullah berarti juga mengenal Allah swt.
Ada sebagian ulama yang mengatakan :
“Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu :1.  dari ragu menjadi yakin, 2. dari riya menjadi ikhlas, 3. dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, 4. dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, 5. dari sombong menjadi tawadhu’ (rendah hati), 6. dari buruk hati menjadi nasehat”


Menurut Ulama Sufi :
 Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma’rifah(orang-orang yang mengenali Allah)  adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.
Ma’rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun ma’riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah dan bila belum kenal Allah, berarti Agama belum punya dasar. Kenallah dahulu dirimu, maka bila kamu sudah kenal dirimu seakan-akan kamu mengenal Allah swt, dan barangsiapa yang mengenal dan bertemu dengan Allah swt, maka binasalah kamu semata-mata mati diri sebelum mati bisa dikatakan juga : Menyerah diri, bertawakkal, Tiada daya dan Upaya hanyalah Allah, menunggu gerak. Selain Ma'rifatullah, ada juga Ma'rifatRasul. Ma'rifat-Rasul. Ini merupakan sebuah bahasa yang sangat penting dalam pembinaan keagamaan seorang muslim. Dalam kalimat syahadat kesaksiannya yang pertama yang dilakukan seorang adalah keyakinan bahwa Allah itu Esa dan yang kedua adalah keimanan terhadap kerasulan Muhammad SAW. Oleh karena itu pengenalan terhadap Rasulullah SAW sangat menentukan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan seseorang terhadap ikrar keislaman mereka, karena dari sinilah terbentuklah kepribadian muslim. Mengenal rasul menjadi sebuah keperluan yang asasi bagi kaum muslimin masa kini karena mereka tidak hidup bersama dengan nabi, mereka harus beriman kepada kerasulan Muhammad SAW dengan keimanan yang sebenar-benarnya. Inilah sebuah upaya untuk menghayati makna syahadatin. Ulama Sufi menerangkan, bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah mengenal para rasul dan ajaran yang dibawanya, percaya akan berita dan yang disampaikannya serta taat pada yang diperintahkan, sebab tidak ada jalan menuju kebahagiaan dan keberhasilan di dunia dan akhirat kecuali dengan tuntunan para rasul. Tidak ada pula petunjuk untuk mengetahui yang baik dan buruk maupun keutamaan yang lain kecuali mengikuti rasul untuk mendapatkan ridho-Nya Allah.
B. Pengertian Nabi dan Rasul serta Risalah-Nya 

-Nabi adalah lelaki pilihan yang diutus oleh Allah mendapatkan wahyu berupa syariat namun tidak harus disampaikan. Nabi diutus untuk mengukuhkan syariat sebelumya.
-Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
-Risalah adalah sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.

C. Melatih Mengenal Diri


-Tarik nafas.

-Tahan dan rasakan gerakan aliran darah dalam tubuh, tiap satu gerakan maka satu Dzikir Allah dalam hati.

     Dalam melatih  gerakan tersebut hendaklah sebaiknya lemaskan (rileks) diseluruh tubuh agar gerakan tersebut bisa terasa pada tiap aliran darah dalam tubuh, sehingga dikatakan meliputi alam. Bila Ainul Yaqin dalam hati untuk ritual ini, maka akan terasa bahwa tubuh kita seolah-olah terisi oleh sesuatu (hikmah) diseluruh tubuh ini, seakan-akan terayun-ayun.

D. Manusia Terbagi Menjadi 3 Bagian Atas Izin Allah dan Rasul

1. Diri Terdiri, Allimu Adam (Jasad).
2. Diri Terperi, Allimu Muhammad (Nur).
3. Diri Sebenar Diri, Allimu Allah (Dzat).

  Ke-Tiga Golongan ini bisa dikatakan juga pada Hakekat Ma'rifat, untuk menuju kesempurnaan manusia. Maka nyata lah manusia itu menajdi Insan Kamil. Adapun Manusia Sempurna itu terbagi menjadi beberapa bagian, antaralain ialah : 

1. Diri Terdiri ialah Adam, 4 Anasir, Jasad, Mati, Lahir, Syari'at, Yang merasai, Sifat Nafsiyah 1 Sifat, Tempat (dunia), Gambar pada kita, Wujud, Tawadhu, Kerajaan, Dzahir = Nyatalah Jasad Adam.

2.  Diri Terperi ialah Muhammad, Nyawa, Nur, Lidah, Yang Digerakan, Sifat Ma'ani 7 Sifat, Kubur, Bathin, Hakekat, Hati, Dzuhud, Yang Meyerupai Kita, Urat, Kekuasaan dan Menentukan, Raja, Bathin I = Nyatalah Nur Muhammad.

3. Diri Sebenar Diri ialah Allah, Ruh, Nurullah, Hati, Penggerak, Sifat Ma'nawiyah 7 Sifat, Dzat, Quddus, Ma'rifat, Rasa, Fikiran (naluri), Firdaus, Nafas, Yang Menggerkan dan Kuasa, Hati Raja, Bathin II = Nyatalah Dzat Allah.
("Sesungguhnya Dia Berkuasa Atas Tiap-tiap Sesuatu, dan Dia Menyertai Kamu Dimana Kamu Berada, dan Allah Maha Mengetahui Apa Yang Kamu Usahakan").





 E. Adapun Sifat 20 itu terkandung dalam Marifatullah dan Marifat-Rasul dan Marifat-Diri


* 7 Sifat Ma'ani dengan Bathin I atau Diri Terperi (Nur Muhammad), antara lain :

1. Qodrat

2. Iradat

3. 'Ilmu

4. Hayat

5. Sama'

6. Basyhar

7. Qalam

* 7 Sifat Ma'nawiyah dengan Bathin II atau Diri Sebenar Diri (Dzat Allah) antara lain :

1. Qodirun

2. Mauridun

3. 'Alimun

4. Hayyun

5. Sami'un

6. Basyirun

7. Mu'takallimun

Bathin I dan Bathin II mempunyai arti kandungan yaitu Wujud.

Siapa Wujud Itu ....!!!!
     
   Wujud Mempunyai 5 Sifat Salbiyah, antara lain :

1. Qidam

2. Baqo'

3. Mu'kholafatuhu Lilhawadis

4. Wahdaniat

5. Qiyamuhu Binafshi

Adapun 7 Sifat Ma'ani itu digerakan oleh 7 Sifat Ma'nawiyah, dan 7 Sifat Ma'nawiyah itu dimiliki oleh Sifat Nafsiyah, dan Sifat Nafsiyah itu diperjelas keadaannya oleh 5 Sifat Salbiyah, maka nyatalah kandungan 20 Sifat itu pada diri kita dengan Lafaz Laa Ilaha Illa Allah, Muhammaddar-rasulallah. 
Secara bahasa dan Istilah, Syahadat mempunyai Bahasa “Asyhadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan masih sedang dilakukan ketika diucapkan  Asyhadu ini sendiri memiliki tiga arti:

a. Al I’lan (pernyataan), lihat QS. Ali Imran ayat 18
b. Al Wa’d (janji), lihat  QS. Ali Imran ayat 81
c. Al Qosam (sumpah), lihat QS. Al Munafiqun ayat 2

Dan secara istilah garis besar syahadat itu merupakan pernyataan, janji sekaligus sumpah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya melalui :

a. Pembenaran dalam hati (tasdiqu bil qolbi)
b. Dinyatakan dengan lisan (al qaulu bil lisan)
c. Dibuktikan dengan perbuatan (al ’amalu bil arkan)

Menurut hadist : “Iman adalah dikenali oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan rukun-rukunnya”. (HR Ibnu Hibban)
 Setelah memahami syahadah maka akan muncul keimanan, keimanan ini harus terus disempurnakan dengan sikap istiqomah, lihat QS. Al Fushilat ayat 41

Istiqomah yang benar akan menghasilkan :

a. Syaja’ah (berani), lihat QS. Al Maidah ayat 52
b. Ithmi’nan (ketenangan), lihat QS. Ar Ra’d ayat 28
c. Tafa’ul (optimis)

F. Adapun 3 Jenis-jenis Syahadat
a.  Syahadah Rububiyah yaitu pengakuan identitas terhadap Allah sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa, lihat QS. Al A’raf ayat 172.

b.  Syahadah Uluhiyah yaitu : pengakuan loyalitas terhadap Allah sebagai satu-satunya supremasi yang boleh disembah dan ditaati, lihat QS. Al A’raf  ayat 54.

c.  Syahadah risalah yaitu pengakuan terhadap diri Muhammad SAW sebagai utusan-Nya beliau adalah panutan terbaik bagi manusia, lihat QS. Al Ahzab ayat 21.
Dengan demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah bagian terpenting di dalam hidup ini. Lantas, bagaimana metoda yang harus kita tempuh untuk bisa mengenal Allah? Apa saja halangan yang senantiasa menghantui manusia dari mengenalNya? Benarkan kalimat yang mengatakan, “Kenalilah dirimu niscaya engkau akan mengenali Tuhanmu.” Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan Ma'rifat yang menciptakan diri, yaitu Allah. Ini adalah karena pada hakekatnya Ma'rifatullah adalah sebenar-benar Ma'rifat dan merupakan asas segala kehidupan Ruhaniyah. Setelah Ma'rifat kepada Allah, dan kita akan ber-Ma'rifat kepada Nabi dan Rasul, Ma'rifat kepada alam nyata dan alam ghaib dan Ma'rifat kepada alam akhirat. 

G. Dalil-dalil dari Al-Qur'an: 
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Illahi (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan kalimat “ketahuilah olehmu” bahwasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Qur’an menggunakan sibghah amar (perintah), maka menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini, mengetahui atau mengenali Allah (ma’rifatullah) adalah wajib".  (QS. Muhammad ayat 19)
 "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Ali Imran ayat 18)

"Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah, “Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?” Allah telah  mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali".
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah". (QS. Al-Hajj ayat 72-73)

"Mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan". 
(QS. Az-Zumar ayat 67)
===============================================================

Sebiji kulit kelapa ibarat Syari'at, 
Tempurungnya ibarat Tharekat
,
Isinya ibarat Hakekat,
Minyaknya ibarat Ma'rifat.

Baik-baik kita tuan menerima,
Kepada pohonnya ialah sempurna,
Daun dan Buah tiada sama,
Masing-masing berlainan Nama.

Jika tuan menuntut ilmu,
Ketahui dahulu keadaan mu,
Man'arafa Nafsuhu kenallah dirimu,
Fa-qad'arafa Rabbahu kenallah Tuhanmu.

Kayunya tinggi bukan kepalang,
Buahnya banyak tiada terbilang,
Warnanya indah amat cemerlang,
Hendak diambil dibawa pulang. 

(Karya Tuan Syekh Abdul Rauf Asy-Singkil Al-Fansuri Asy-Syattari)
===================================================================

H. Pengertian Tharekat dan Bai'at

Perkataan Tharikat dalam istilah tasawuf artinya wadah tempat men-didik dan melatih (salikin) para salik. Komponen-komponen tarikat terdiri dari :
(1) Guru tarikat atau guru rohani yang disebut mursyid atau syekh. Kualitas seorang syekh harus memiliki ilmu syariat dan hakikat secara lengkap. Pemikirannya dan tutur katanya serta perilakunya dalam banyak hal harus mencerminkan akhlak yang terpuji.
 
(2) Salik atau murid tarikat.

(3) Suluk, yaitu amalan dan wirid atau perbuatan yang harus dikerjakan oleh salik berdasarkan perintah syekh.

(4) Zawiyah, yaitu majlis, tempat para salik mengamal-kan suluk.
Disamping itu ada satu syarat yang harus dipenuhi oleh kandidat salik, yaitu baiat antara dia dan syekh. Baiat itu sendiri ada dua macam, yaitu:

Baiat suwariyah, yaitu baiat bagi seorang kandidat salik yang hanya sekedar ia mengakui bahwa syekh yang membaiatnya ialah gurunya tempat ia berkonsultasi, dan syekh itu pun mengakui, orang tersebut adalah muridnya. Ia tidak perlu meninggalkan keluarganya untuk menetap tinggal dalam zawiyah tarikat itu untuk terus-menerus bersuluk atau berzikir. Ia boleh tinggal dirumahnya dan bekerja sehari-hari sesuai dengan tugasnya. Ia sekadar mengamalkan wirid yang diberikan oleh gurunya itu pada malam-malam tertentu dan ber-tawasul kepada gurunya itu. Ia dan keluarganya bersilaturrahmi kepada gurunya itu sewaktu-waktu pula. Apabila ia memperoleh kesulitan dalam hidup ini, ia berkonsultasi dengan gurunya itu pula.

Baiat maknawiyah,
 yaitu baiat bagi seorang kandidat salik yang bersedia untuk dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif billah. Kesediaan salik untuk dididik menjadi sufi itu pun sudah barang tentu berdasarkan pengamatan dan keputusan guru tarikat itu. Salik yang masuk tarikat melalui baiat yang demikian harus meninggalkan anak-istri dan tugas keduniaan. Ia berkhalwat dalam zawiyah tarikat di dalam penegelolaan syekhnya.Khalwat ini bisa berlangsung selama beberapa tahun bahkan belasan tahun.
Muhammad ibn Abdillah yang kemudian menjadi khatamul-anbiya wal-mursalin berkhalwat di Gua Hira selama 20 tahun (menurut para sufi). Ia berhenti berkhalwat sesudah ia mencapai tingkat hakikat dan ma’rifat. Untuk menghindari agar kita tidak terjerumus dalam kubangan kesesatan, maka kita perlu berhati-hati dalam menilai dan mengikuti ajaran tasawuf agar tidak salah jalan. Nasihat pakar sufi modern, Dr. Abdurrahman Badawi dalam bukunya Tarikh Tasawuf Islami, menyebutkan bahwa titik tolak tasawuf itu ada tiga macam ;

1. Berdasarkan Alquran dan sunah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta salaf saleh secara benar, bukan sekedar pengakuan.

2. Berdasarkan penafsiran - penafsiran manusiawi yang tidak jarang menyimpang.

3. Berdasarkan kecenderungan pribadi terlepas dari ajaran Islam. Tentunya kita mengikuti yang pertama, meskipun lebih baik kita menggunakan istilah Alquran, yaitu “tazkiyah”.

Sesuai Firman Allah Ta'ala :

"Sungguh telah beruntung orang yang membersihkan dirinya. " (QS. As-Syam ayat 9)

"apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (QS. Al-Jumu'ah ayat 10)

Intinya agar kita zuhud dan wara’ dari kemewahan dunia dan bersungguh-sungguh mencapai kenikmatan akhirat.
Hal itu dengan cara mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perbuatan, ucapan, ataupun persetujuannya, karena petunjuk beliau adalah sebaik-baik petunjuk dan ajaran beliau telah sempurna. 

Firman Allah swt bersabda :
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Maidah ayat 3)


Sebenarnya ilmu ruhaniyah itu adalah ilmu tasawuf atau dikatakan juga sebagai ilmu hakikat atau ilmu batin. Mengapa ilmu ini dikatakan ilmu ruhani? Ini kerana perbahasannya adalah mengenai roh. Mengapa pula ia juga dikatakan ilmu tasawuf? Jika kita lihat perbincangan para ulama termasuk ulama moden, perkataan tasawuf itu diambil daripada bermacam-macam perkataan. Tetapi di sini saya hanya memilih salah satu daripadanya iaitu dari perkataan sofa’  bermakna bersih atau murni. Tegasnya, ilmu tasawuf itu adalah ilmu bagaimana hendak membersihkan atau memurnikan ruh (hati) atau nafsu. Agar dari dorongan hati yang bersih itu dapat membersihkan pula anggota lahir daripada melakukan kemungkaran dan kesalahan. Oleh itu, ilmu tasawuf itu adalah ilmu mengenai cara-cara membersihkan lahir dan batin daripada dosa dan kesalahan. Bahkan kesalahan lahir ini berpunca dari kesalahan bathin. Dosa lahir ini berlaku setelah berlakunya dosa bathin. Maka sebab itulah ia dikatakan ilmu tasawuf. Kenapa pula ilmu ini juga dikatakan ilmu bathin? Ini kerana ruh atau hati memang tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Ia adalah makhluk yang tersembunyi. Maka ilmu ini dinamakan ilmu batin kerana ia membahaskan tentang hati dan sifat-sifatnya yang memang tidak dapat dilihat dengan mata lahir tapi dapat dilihat oleh mata bathin. Mengikut pandangan umum masyarakat sekarang, bila disebut ilmu batin, mereka menganggap itu adalah ilmu pengasih atau ilmu kebal. Orang yang belajar ilmu batin bermakna dia belajar ilmu kebal atau belajar ilmu pengasih. Sebenarnya orang itu belajar ilmu kebudayaan Melayu, yang mana ilmu itu ada dicampur dengan ayat-ayat Al Quran. Kebal juga adalah satu juzuk daripada kebudayaan orang Melayu yang sudah disandarkan dengan Islam. Kalau kita hendak mempelajarinya tidak salah jika tidak ada unsur-unsur syirik. Tetapi itu bukan ilmu tasawuf atau ilmu keruhanian seperti apa yang kita bahaskan di sini.


Adakalanya ilmu tasawuf dipanggil juga ilmu hakikat. Ini kerana hakikat manusia itu yang sebenarnya adalah ruhnya. Yang menjadikan manusia itu hidup dan berfungsi adalah ruhnya. Yang menjadikan mereka mukallaf disebabkan adanya ruh. Yang merasa senang dan susah adalah rohnya. Yang akan ditanya di Akhirat adalah ruhnya. Hati atau roh itu tidak mati sewaktu jasad manusia mati. Cuma ia berpindah ke alam Barzakh dan terus ke Akhirat.
Jadi hakikat manusia itu adalah ruh. Ruh itulah yang kekal. Sebab itu ia dikatakan ilmu hakikat. Oleh yang demikian apabila kita mempelajari sungguh-sungguh ilmu ruhani ini hingga kita berjaya membersihkan hati, waktu itu yang hanya kita miliki adalah sifat-sifat mahmudah iaitu sifat-sifat terpuji. Sifat-sifat mazmumah iaitu sifat-sifat terkeji sudah tidak ada lagi. Maka jadilah kita orang yang bertaqwa yang akan diberi bantuan oleh Allah SWT di dunia dan Akhirat. Kebersihan hati inilah yang akan menjadi pandangan Allah.
Maksudnya, bila hati bersih, sembahyangnya (sholat) diterima oleh Allah SWT. Bila hati bersih, puasanya diterima oleh Allah. Bila hati bersih, perjuangannya diterima oleh Allah. Bila hati bersih, wirid dan zikirnya diterima oleh Allah. Bila hati bersih, pengorbanannya diterima oleh Allah. Tetapi bila hati tidak bersih, seluruh amalan lahirnya tidak akan diterima.
Itulah yang dimaksudkan di dalam ajaran Islam bahawa walaupun kedua-dua amalan lahir dan amalan batin diperintahkan melaksanakannya tetapi penilaiannya adalah amalan roh atau hatinya. Ini sesuai dengan Hadis yang bermaksud: “Cukup sembahyang sunah dua rakaat daripada hati yang bertaqwa.” Maknanya dua rakaat sembahyang seorang yang bertaqwa itu lebih baik daripada seorang yang banyak sembahyang tetapi hati masih kotor. Selain sembahyang itu diterima, dua rakaat sembahyang dari hati yang bertaqwa itu akan memberi kesan kepada kehidupan seseorang itu. Sembahyangnya itu boleh mencegah dirinya dari berbuat kemungkaran dan kemaksiatan, lahir dan bathin. Berdasarkan Hadis di atas, kita cukup bimbang kerena selama ini kita telah mengerjakan sembahyang, sudah lama berjuang, sedikit sebanyak sudah berkorban, sudah habiskan masa untuk berdakwah, sembahyang berjemaah, ikut jemaah Islamiyah, yang mana ini semua adalah amalan lahir, rupa-rupanya Allah tidak terima semua amalan itu disebabkan hati kita masih kotor. Ruh kita masih tidak bersih. Oleh itu dalam kita menunaikan kewajiban yang lahir ini, jangan lupa kita memikirkan ruh kita. Kerana ruh yang kotor itulah yang akan mencacatkan amalan lahir, mencacatkan sembahyang, mencacatkan segala ibadah dan mencacatkan pahala seluruh kebaikan kita.
Orang yang banyak amal ibadah, di langit yang pertama sudah tercampak amalannya. Kalaupun boleh naik dan berijtihad, di langit yang kedua pula tersekat. Begitulah seterusnya di pintu-pintu langit yang lain hingga sampai ke pintu langit yang ketujuh, tersangkut lagi. Itu bagi orang yang beramal, masih tertolak amalannya. Bagaimana agaknya kalau orang yang tidak beramal langsung?. Maka dibukalah pintu ijtihad itu. Mengapa amalan lahir itu tersangkut? Tersangkutnya amalan itu kerana ia ada hubungan dengan penyakit bathin atau ruh dan hati kita yang masih kotor. Orang yang mengumpat umpamanya, kerana hatinya sakit. Walaupun mengumpat itu nampaknya amalan lahir, mulutnya yang bercakap tetapi ia datang dari hati yang kotor. Sebenarnya hati itulah yang mengumpat.


Hasad dengki, riyak, kibir, sombong dan sebagainya, itu semua amalan hati. Rupa-rupanya yang menghijab amalan lahir ini adalah mazmumah hati. Amalan hati atau ruh ini hendaklah dijaga kerana mazmumah hati inilah yang membatalkan pahala amalan-amalan lahir.
Ditegaskan sekali lagi, ilmu ruh - ruhani adalah ilmu yang mengesan tabiat ruh atau hati sama ada yang mazmumah atau mahmudahnya. Bukan untuk mengetahui hakikat zat ruh itu sendiri. Hakikat ruh itu sendiri tidak akan dapat dijangkau oleh mata kepala atau tidak akan dapat dibahaskan. Tetapi apa yang hendak dibahaskan adalah sifat-sifatnya sahaja supaya kita dapat mengenal sifat-sifat ruh atau hati kita yang semula jadi itu. Mana-mana yang mahmudahnya (positif) hendak dipersuburkan dan dipertajamkan. Kita pertahankannya kerana itu adalah diperintah oleh syariat, diperintah oleh Allah dan Rasul dan digemari oleh manusia. Mana-mana yang mazmumahnya (negatif) hendaklah ditumpaskan kerana sifat-sifat negatif itu dimurkai oleh Allah dan Rasul serta juga dibenci oleh manusia.
Oleh yang demikian, barangsiapa saja yang memiliki ilmu tentang ruh ini, mudahlah dia mengesan sifat-sifat semula jadi yang ada pada ruh itu. Mahmudahnya dapat disuburkan dan yang mazmumahnya dapat ditumpaskan. Maka jadilah ruh atau hati seseorang itu bersih dan murni. Sedangkan hati adalah raja dalam kerajaan diri. Bila raja dalam kerajaan diri ini sudah bersih, baik, adil, takut kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul, maka sudah tentu dia akan mendorong rakyat dalam dirinya iaitu anggota (jawarih) ini untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Mudah untuk membangunkan syariat, tarekat, hakekat dan ma'rifat yang dilandasi oleh Firman Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW serta mudah berbuat bermacam-macam bentuk kebaikan lagi. Maka kebaikan anggota lahir inilah yang merupakan buah daripada kebersihan jiwa itu sendiri. Jadi kebersihan jiwa itulah pokok yang melahirkan kebaikan kepada tangan, mulut, mata, telinga, kaki dan seluruh tindakan lahir kita ini. Maka bila ruh sudah baik, akan jadi baiklah seluruh lahir dan bathin manusia. Bila baik lahir bathin manusia, dia akan menjadi orang yang bertaqwa. Bila dia telah menjadi orang yang bertaqwa, maka dia dapat pembelaan dari Allah sama ada di dunia mahupun di Akhirat. Selagi belum menjadi manusia yang bertaqwa, tidak ada jaminan dari Allah akan dibela sama ada di dunia mahupun di Akhirat. Kalau sekadar menjadi orang Islam, tidak ada jaminan dari Allah untuk dibela. Dalam Al Quran, Allah tidak mengatakan akan membela orang Islam, Mu'min, Muslim, Mukallaf, Mujahiddin dan lain sebagainya, yang mencangkup Islam. Tidak ada satu ayat pun yang Allah berjanji hendak membantu orang Islam. Tetapi yang ada dalam ayat Al Quran maupun dalam Hadis, Allah hanya membantu orang-orang mu'min yang bertaqwa. Jadi bila jiwa sudah bersih, maka akan bersih lahiriyah dan bathiniyah, maknanya orang itu sudah memiliki sifat-sifat taqwa. Inilah yang dimaksudkan oleh kandungan Firman Allah SWT dalam Al Quran: 

“Hendaklah kamu berbekal. Sesungguhnya sebaik-baik bekalan itu adalah sifat taqwa.”

(QS. Al Baqarah: 197)
Bila seseorang itu sudah dapat berbekal dengan sifat-sifat taqwa, maka dia akan dapat pembelaan dari Allah SWT. Pembelaan di dunia maupun di Akhirat. Sebenarnya, di sinilah rahsia kejayaan dan kemenangan umat Islam. Juga rahasia kehebatan umat Islam hingga berjaya menumpaskan musuh-musuhnya sama dengan musuh lahir maupun musuh bathin.


========================================================================


PESAN Syekh Abdul Muhyi Al-Bukhari :  

"Yang demikian itu dikarenakan engkau telah bersih dari segala sesuatu yang mudharat, dan tiada seorang pun yang menderita gangguan berupa duri, atau lebih dari itu melainkan Allah yang akan menghapus dengan gangguang itu (dosa-dosanya), sebagaimana halnya dengan daun yang gugur terus mengering dari pohonnya meski pun agak jahil dari cabang-cabangnya". wallah-hualam bishawab

Setiap umat Mukmin dan Muslim sesungguhnya telah memperoleh Ilmu An-Nadhori, Ilmu Kasyfi, cuma tingkatan dan kualitasnya saja yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Ada tiga tingkatan orang yang mendapat ilmu Al-Kasyfi :

a. Muhadarah. Pada tingkatan ini akal manusia dikendalikan oleh bukti objektif kebendaan (burhan). Oleh sebab itu, tingkatan ini dapat mencapai Ilmul Yaqin yang masih dalam ruang lingkup pemikiran rasional.
b. Mukasyafah. Pada tingkatan ini manusia mampu menerima pengetahuan berdasarkan esplanasi (pencarian penjelasan, bayan). Orang yang mencapai taraf ini akan dapat mencapai 'Ainul Yaqin, yakni pandangan kebenaran objektif yang mengacu pada kebenaran yang mungkin.
c. Musyahadah. Tingkatan ini adalah pengalaman pribadi manusia (makrifat) yang langsung bisa menyaksikan sesuatu hal. Pengalaman pribadi ini, merujuk pada pengalaman batin berkat kedekatannya kepada Tuhan, sehingga dapat terbuka baginya pengetahuan Haqqul Yaqin. Yang terakhir ini adalah bayangan langsung Tuhan dan acapkali disebut juga dengan Al-Mu'ayanah (Ensiklopedi Islam 3, 1994 : 20 - 21).

Untuk mendapatkan kasyf, diri rohani dan diri jasmani seseorang itu harus bersih, dengan mengamalkan syariat agama dengan baik, serta riyadlah dan mujahadah zikir yang sungguh-sungguh dan lestari, sehingga komponen-komponen rohaninya mampu menyimpan Islam (Q.S. Az Zumar 39 : 22), Iman (Q.S. Al Hujurat 49 : 7), makrifat (Q.S. An Najm 53 : 11), tauhid (Q.S. Ali Imran 3 : 190).

Seseorang yang mampu menyimpan komponen-komponen rohani Islam, Iman, makrifat dan tauhid yang demikian inilah, yang dapat memperoleh Ilmu Al-Kasyfi sesuai dengan tingkatnya masing- masing. - See more at: http://ngajiislam.blogspot.com/2008/07/ilmu-lahir-dan-ilmu-batin.html#sthash.yDYhvxD6.dpuf
Setiap umat Mukmin dan Muslim sesungguhnya telah memperoleh Ilmu An-Nadhori, Ilmu Kasyfi, cuma tingkatan dan kualitasnya saja yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Ada tiga tingkatan orang yang mendapat ilmu Al-Kasyfi :

a. Muhadarah. Pada tingkatan ini akal manusia dikendalikan oleh bukti objektif kebendaan (burhan). Oleh sebab itu, tingkatan ini dapat mencapai Ilmul Yaqin yang masih dalam ruang lingkup pemikiran rasional.
b. Mukasyafah. Pada tingkatan ini manusia mampu menerima pengetahuan berdasarkan esplanasi (pencarian penjelasan, bayan). Orang yang mencapai taraf ini akan dapat mencapai 'Ainul Yaqin, yakni pandangan kebenaran objektif yang mengacu pada kebenaran yang mungkin.
c. Musyahadah. Tingkatan ini adalah pengalaman pribadi manusia (makrifat) yang langsung bisa menyaksikan sesuatu hal. Pengalaman pribadi ini, merujuk pada pengalaman batin berkat kedekatannya kepada Tuhan, sehingga dapat terbuka baginya pengetahuan Haqqul Yaqin. Yang terakhir ini adalah bayangan langsung Tuhan dan acapkali disebut juga dengan Al-Mu'ayanah (Ensiklopedi Islam 3, 1994 : 20 - 21).

Untuk mendapatkan kasyf, diri rohani dan diri jasmani seseorang itu harus bersih, dengan mengamalkan syariat agama dengan baik, serta riyadlah dan mujahadah zikir yang sungguh-sungguh dan lestari, sehingga komponen-komponen rohaninya mampu menyimpan Islam (Q.S. Az Zumar 39 : 22), Iman (Q.S. Al Hujurat 49 : 7), makrifat (Q.S. An Najm 53 : 11), tauhid (Q.S. Ali Imran 3 : 190).

Seseorang yang mampu menyimpan komponen-komponen rohani Islam, Iman, makrifat dan tauhid yang demikian inilah, yang dapat memperoleh Ilmu Al-Kasyfi sesuai dengan tingkatnya masing- masing. - See more at: http://ngajiislam.blogspot.com/2008/07/ilmu-lahir-dan-ilmu-batin.html#sthash.yDYhvxD6.dpuf

Setiap umat Mukmin dan Muslim sesungguhnya telah memperoleh Ilmu An-Nadhori, Ilmu Kasyfi, cuma tingkatan dan kualitasnya saja yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain. Ada tiga tingkatan orang yang mendapat ilmu Al-Kasyfi :

a. Muhadarah. Pada tingkatan ini akal manusia dikendalikan oleh bukti objektif kebendaan (burhan). Oleh sebab itu, tingkatan ini dapat mencapai Ilmul Yaqin yang masih dalam ruang lingkup pemikiran rasional.
b. Mukasyafah. Pada tingkatan ini manusia mampu menerima pengetahuan berdasarkan esplanasi (pencarian penjelasan, bayan). Orang yang mencapai taraf ini akan dapat mencapai 'Ainul Yaqin, yakni pandangan kebenaran objektif yang mengacu pada kebenaran yang mungkin.
c. Musyahadah. Tingkatan ini adalah pengalaman pribadi manusia (makrifat) yang langsung bisa menyaksikan sesuatu hal. Pengalaman pribadi ini, merujuk pada pengalaman batin berkat kedekatannya kepada Tuhan, sehingga dapat terbuka baginya pengetahuan Haqqul Yaqin. Yang terakhir ini adalah bayangan langsung Tuhan dan acapkali disebut juga dengan Al-Mu'ayanah (Ensiklopedi Islam 3, 1994 : 20 - 21).

Untuk mendapatkan kasyf, diri rohani dan diri jasmani seseorang itu harus bersih, dengan mengamalkan syariat agama dengan baik, serta riyadlah dan mujahadah zikir yang sungguh-sungguh dan lestari, sehingga komponen-komponen rohaninya mampu menyimpan Islam (Q.S. Az Zumar 39 : 22), Iman (Q.S. Al Hujurat 49 : 7), makrifat (Q.S. An Najm 53 : 11), tauhid (Q.S. Ali Imran 3 : 190).

Seseorang yang mampu menyimpan komponen-komponen rohani Islam, Iman, makrifat dan tauhid yang demikian inilah, yang dapat memperoleh Ilmu Al-Kasyfi sesuai dengan tingkatnya masing- masing. - See more at: http://ngajiislam.blogspot.com/2008/07/ilmu-lahir-dan-ilmu-batin.html#sthash.yDYhvxD6.dpuf



NAMA TAREKAT DAN PERKEMBANGANNYA

Tarekat (tariqah) mempunyai beberapa arti, antara lain “jalan lurus” (Islam yang benar, yang berbeda dari kekufuran dan syirik), “tradisi sufi” atau “jalan spiritual” (tasawuf), dan “persaudaraan sufi”. Pada arti ketiga, tarekat berarti “organisasi sosial sufi” yang memiliki anggota dan peraturan yang harus ditaati, serta berpusat pada hadirnya seorang mursyid (guru sufi). Di bawah ini beberapa tarekat atau persaudaraan sufi terkenal di seluruh dunia.

NAMA TAREKAT
PENDIRI
PUSAT PERKEMBANGAN
1.
Adhamiyah
Ibrahim bin Adham
Damascus, Surih
2.
Ahmadiyah
Ahmad Badawi
Mesir
3.
Alawiyah
Abu Abbas Ahmad bin Mustafa al-Alawai
Mostaganem, Aljazair
4.
Alwaniyah
Alwan
Jiddah, Arab Saudi
5.
Ammariyah
Ammar Bu Senna
Constantine, Aljazair
6.
Asyaqiyah
Hasanudin
Istanbul, Turki
7.
Asyafiyah
Asyraf Rumi
Chin Iznik, Turki
8.
Babaiyah
Abdul Gani
Adrianopel (Edirne), Turki
9.
Bahramiyah
Hajji Bahrami
Ankara, Turki
10.
Bakriyah
Abu Bakar Wafai
Aleppo, Suriah
11.
Bektasyiyah
Bektasy Veli
Kir Sher, Turki
12.
Bistamiyah
Abu Yazid al-Bustami
Jabal Bistam, Iran
13.
Gulsyaniyah
Ibrahim Gulsyani
Cairo, Mesir
14.
Haddadiyah
Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad
Hijaz, Arab Saudi
15.
Idrisiyah
Ahmad bin Indris bin Muhammad Ali
Asir, Arab Saudi
16.
Ighitbasyiyah
Syamsuddin
Magnesia, Yunani
17.
Jalwatiyah
Pir Uftadi
Bursa, Turki
18.
Jamaliyah
Jamaluddin
Istanbul, Turki
19.
Kubrawiyah
Najmuddin
Khurasan, Iran
20.
Kadiriyah
Abdul Qadir al-Jailani
Baghdad, Irak
21.
Khalwatiyah
Umar al-Khalwati
Kayseri, Turki
22.
Maulawiyah
Jalaludin ar-Rumi
Konya, Anatolia
23.
Muradiyah
Murad Syami
Istanbul, Turki
24.
Naqsyabandiyah
Muhammad bin Muhammad bin al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandiyah
Qasri Arifan, Turki
25.
Niyaziyah
Muhammad Niyas
Lemnos, Yunani
26.
Ni’matallahiyah
Syah Wali Ni’matillah
Kirman, Iran
27.
Nurbakhsyiyah
Muhammad Nirbakh
Khurasan, Iran
28.
Nurudduniyah
Nuruddin
Istanbul, Turki
29.
Rifaiyah
Sayid Ahmad ar-Rifa’i
Baghdad, Irak
30.
Sadiyah
Sa’duddin Jibawi
Damascus, Surih
31.
Safawiyah
Safiuddin
Ardebil, Iran
32.
Samaniyah
Muhammad bin Abdul Karim as-Samani
Mesir
33.
Sanusiyah
Sidi Muhammad bin Ali as-Sanusi
Tripoli, Lobanon
34.
Saqatiyah
Sirri as-Saqati
Baghdad, Irak
35.
Siddiqiyah
Kiai Mukhtar Mukti
Jombang, Jawa Timur, Indonesia
36.
Sinan Ummiyah
Alim Sinan Ummi
Alwali, Turki
37.
Suhrawardiyah
Abu an Najib as-Suhrawardi dan Syihabuddin Abu Hafs Umar bin Abdullah as-Suhrawardi
Baghdad, Irak
38.
Sunbuliyah
Sunbul Yusuf Bulawi
Istanbul, Turki
39.
Syamsiyah
Syamsuddin
Madinah, Arab Saudi
40.
Syattariyah
Abdullah asy-Syattar
India
41.
Syaziliyah
Abdul Hasan Ali asy-Syazili
Mekah, Arab Saudi
42.
Tijaniyah
Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad at-Tijani
Fez, Maroko
43.
Umm Sunaniyah
Umm Sunan
Istanbul, Turki
44.
Wahabiyah
Muhammad bin Abdul Wahhab
Nejd, Arab Saudi
45.
Zainiyah
Zainuddin
Kufah, Irak






































jikalau diibarat
sebiji kelapa
kulit dan isi tiada serupa
janganlah kita bersalah sapa
tetapi beza tiadalah berapa

sebiji kelapa
ibarat sama
lafaznya empat suatu ma’ana
di situlah banyak orang
terlena
sebab pendapat kurang
sempurna
kulitnya itu ibarat syariat
tempurungnya itu ibarat
tariqat
isinya itu ibarat haqiqat
minyaknya itu ibarat ma’rifat

*Syeikh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri - See more at: http://bangkiraird.blogspot.com/2012/07/syair-marifat.html#sthash.mWJ4BzUK.dpuf

jikalau diibarat
sebiji kelapa
kulit dan isi tiada serupa
janganlah kita bersalah sapa
tetapi beza tiadalah berapa

sebiji kelapa
ibarat sama
lafaznya empat suatu ma’ana
di situlah banyak orang
terlena
sebab pendapat kurang
sempurna
kulitnya itu ibarat syariat
tempurungnya itu ibarat
tariqat
isinya itu ibarat haqiqat
minyaknya itu ibarat ma’rifat

*Syeikh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri - See more at: http://bangkiraird.blogspot.com/2012/07/syair-marifat.html#sthash.mWJ4BzUK.dpuf

jikalau diibarat
sebiji kelapa
kulit dan isi tiada serupa
janganlah kita bersalah sapa
tetapi beza tiadalah berapa

sebiji kelapa
ibarat sama
lafaznya empat suatu ma’ana
di situlah banyak orang
terlena
sebab pendapat kurang
sempurna
kulitnya itu ibarat syariat
tempurungnya itu ibarat
tariqat
isinya itu ibarat haqiqat
minyaknya itu ibarat ma’rifat

*Syeikh Abdurrauf bin Ali al-Fansuri - See more at: http://bangkiraird.blogspot.com/2012/07/syair-marifat.html#sthash.mWJ4BzUK.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar